Sabtu, 22 September 2012

SEJARAH DERBY LONDON UTARA


Derby ini juga di anggap sebagai salah satu derby terpanas di tanah Inggris.

Persaingan kedua kubu memang sengit, panas, dan pahit. Hal ini tentu tak lepas dari sejarah, tepatnya pada era 1910-an. Adalah Sir Henry Norris yang disebut sebagai yang bertanggung jawab atas lahirnya rivalitas ini.



Norris adalah yang memindahkan Arsenal ke London Utara dan memicu rivalitas kian panas. Semua berawal saat usai Perang Dunia I. Kala itu, Divisi I memutuskan untuk menambah dua anggota, dari 20 menjadi 22. Logisnya, dua klub yang berada di peringkat 19 (Chelsea) dan 20 (Spurs) Divisi I akan tetap bertahan. Sedangkan juara (Derby) dan peringkat kedua (Preston) Divisi II akan naik kasta.

Namun, kemudian Arsenal yang dipimpin Norris membuat langkah mengejutkan. Norris menyatakan jika Arsenal yang merupakan klub terlama yang ada di liga, lebih layak berada di Divisi I ketimbang Spurs. Langkah Arsenal ini kemudian diikuti Nottingham Forest, Birmingham, dan Hull. Semuanya ikut mengajukan aplikasi.

Akhirnya, keputusan pun diamlbil lewat jalan voting. Hasilnya, Arsenal yang saat kompetisi dihentikan karena Perang Dunia I pecah berada di peringkat ke-5 Divisi II pun merebut suara terbanyak dan dinyatakan berhak berada di Divisi I. Sedangkan tetangga terdekat mereka, Spurs harus rela turun kasta. Suporter Spurs menuding semua ini adalah hasil konspirasi yang didalangi Norris. Kebencian Spurs terhadap Arsenal pun kian menjadi hingga detik ini. Bagi fans Spurs, Arsenal bertanggung jawab atas terbuangnya mereka ke Divisi II.

Bagi penggila sepak bola, tentu masih ingat bagaimana sambutan yang diterima Sol Campbell yang berseragam Arsenal untuk pertama kalinya tampil di White Hart Lane, di hadapan pendukung mantan klubnya pada 2001 lalu.


Ya, Campbell dicap pengkhianat oleh pendukung Spurs. Yang membuat berang suporter Spurs adalah sebelumnya Campbell pernah berucap dirinya tak akan pernah bermain untuk Arsenal. Kebencian itu tak pernah hilang hingga kini. Bahkan, pada 2009 (saat Campbell membela Portsmouth) , beberapa pendukung Spurs dilarang datang menonton ke semua stadion di wilayah Inggris dan Wales karena lagu yang mereka nyanyikan terhadap Campbell dinilai sudah melanggar batas kesopanan.

Tahun lalu, sebuah media Inggris mengeluarkan daftar “Pengkhianat Terbesar dalam Sepak bola” dan Campbell ada di urutan pertama.

Kini, laga derby London Utara juga akan memunculkan sosok pengkhianat baru. Dia adalah William Gallas yang untuk pertama kalinya akan berlaga dalam derby berkostum Spurs. Akan menarik melihat bagaimana sambutan suporter Arsenal.

Dalam sejarah EPL sendiri, Arsenal memang memiliki catatan lebih bagus dalam derby. Musim lalu, Arsenal memang kalah dari Spurs. Namun, kekalahan 1-2 di White Hart Lane April lalu itu adalah kekalahan pertama Arsenal dari Spurs dalam 21 pertemuan terakhir. Di EPL, hanya sekali Spurs meraih kemenangan saat bertandang ke Arsenal. Itu terjadi pada 1993.

Dalam 11 pertemuan terakhir, Arsenal berhasil meraih 29 poin dari 33 yang tersedia dari rival mereka. Spurs hanya sekali berhasil menjaga gawang mereka tak kebobolan dari Arsenal dalam 23 laga EPL.

REKOR DERBY LONDON UTARA
Arsenal menang 72
Seri 46
Spurs menang 52

Bahaya Laten Hooliganisme


Kekerasan antara pendukung sepak bola di Inggris telah banyak diangkat menjadi cerita di layar kaca, Green Street Hooligans, Football Factory dan Hooligans adalah tiga titel yang bertema kekerasan hooliganisme. Semalam, dunia sepak bola Inggris dikejutkan dengan kembalinya aksi Hooliganisme di Britannia Raya.
Sejarah kekerasan antara pendukung West Ham dan Millwall sering menjadi inspirasi cerita fiksi, semalam ketika kedua tim bertemu di laga putaran kedua Piala Liga, suasanapun berlangsung panas. Tidak peduli bahwa Millwall sekarang berstatus sebagai klub League One, dua kasta di bawah Premiership. Bukanlah hal yang mengejutkan bila pertandingan keduanya beroktan tinggi, tapi siapa yang mengira bahwa kerusuhan ala tahun 1980-an akan terulang?
West Ham memulai pertandingan semalam dalam keadaan duka. Salah satu pemain belakang mereka, Calum Davenport, diserang di rumahnya, dimana kakinya ditikam dan terancam tidak bisa bermain lagi. Tidak lama setelah itu ayah  gelandang Jack Collison meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan lalu lintas kala ia akan menyaksikan anaknya berlaga melawan Tottenham Hotspurs hari Minggu silam.
Sebelum pertandingan, terlihat seluruh pemain West Ham mengenakan arm band hitam untuk menunjukkan bela sungkawa atas kematian ayah Jack Collison. Sedikit banyak, hal ini turut mempengaruhi emosi, baik para pemain maupun suporter, apalagi Jack Collison memutuskan untuk tetap bermain meskipun sedang dilanda duka.
Saya sendiri duduk bersama beberapa teman di bagian VIP, dan menikmati pertandingan yang berjalan relatif aman dan terkendali. Ketika Neil Harris mencetak gol bagi Millwall pada menit 22, suporter The Lions mulai bernyanyi ”Oh South London is wonderful…” dan diikuti dengan “Oh East London is like Bengal, it’s like the streets of Delhi” untuk mengejek pendukung West Ham, mencemooh daerah mereka yang dikenal sebagai kawasan hunian para imigran Asia, terutama India. Pendukung fanatis West Ham pun membalas mengejek, tapi bagi saya semua masih aman aman saja. Ejek mengejek antara supporter adalah hal yang biasa saya alami, jadi kami hanya menanggapinya dengan tertawa.
Pendukung West Ham yang frustrasi selama hampir 90 menit mendadak larut dalam histeria setelah pada menit 87, Junior Stanislas menyamakan kedudukan bagi tim asuhan Gianfranco Zola dan inilah awal perkara, karena beberapa fans West Ham terlarut dalam kepuasaan dan turun memasuki lapangan sehingga mengakibatkan pertandingan terhenti sejenak.
Skor imbang 1-1 memaksa kedua tim bermain dalam perpanjangan waktu. Stanislas lagi-lagi mencetak gol, kali ini dari titik putih pada menit 98, dan membakar ribuan suporter West Ham yang kembali menginvasi lapangan, kali ini jumlahnya lebih banyak dari gol pertama. Pemain Millwall yang gentar akan pemandangan yang dapat membahayakan diri mereka tersebut memilih untuk berdiri di pinggir lapangan.
Pendukung West Ham berbalik mengejek suporter Millwall dengan nyanyian yang dijawab langsung oleh suporter Millwall dengan mencabuti bangku stadion dan melemparkannya ke arah pendukung West Ham. Saya dan teman teman yang berada di sektor VIP tidak dalam kondisi bahaya, tapi terlihat beberapa yang duduk berseberangan dari para penggemar Millwal memang sudah berniat perang dan saling melempari. Polisi yang jumlahnya jauh lebih sedikit kebanding supporter Millwal kewalahan tapi tetap mampu memisahkan mereka dari para penggemar West Ham. Saya tidak menyangka bahwa di luar stadion kejadian yang sama sedang berlangsung dan polisi sempat kehilangan kendali ketika supporter kedua tim saling bertempur dan merusak lingkungan sekitar.
Pertandingan berakhir dengan keunggulan West Ham. Zavon Hines sempat menambah kemenangan The Hammers lewat golnya pada menit 100 tapi apa yang terjadi setelah peluit panjang tanda pertandingan usai ditiupkan jelas adalah sebuah kekalahan. Ya, kekalahan sepakbola atas hantu kekerasan.
Begitu wasit meniup peluit akhir, lebih banyak lagi suporter West Ham yang menerobos masuk lapangan. Polisi dan steward pertandingan berusaha keras mencegah pecahnya kerusuhan di dalam stadion namun mereka tetap saja kehilangan kendali atas keadaan.
Beberapa hooligans bahkan mencoba bersalaman dengan para pemain, padahal kebanyakan pemain justru terkejut dan takut melihat aksi ini. Apalagi jika mendengarkan diskusi beberapa jajaran direksi di belakang saya yang ketakutan jika perjuangan susah payah mereka akan menjadi sia sia karena West Ham bisa saja didiskualifikasi dari kompetisi. Sungguh sebuah aksi kebodohan yang sulit dimengerti.
Setelah polisi berangsur menguasai keadaan dalam lapangan kami mendapat peringatan untuk tidak meninggalkan stadion dulu, rupanya kondisi yang lebih buruk terdapat di luar stadion: mobil dijungkirbalikkan, bar yang diporak-porandakan, dan batu yang bertebaran di mana-mana. Bahkan seorang saksi mata mengatakan ia melihat seseorang yang terkapar setelah kepalanya dihantam oleh balok. Saksi mata lainnya menyaksikan bagaimana suporter Millwall mengerubungi seorang polisi anti huru-hara yang mengendarai kuda dan berusaha untuk mendorong kuda tersebut sampai jatuh.
Salah satu teman saya tidak jadi hadir menemani saya di pertandingan ini karena begitu ia tiba di stasion kereta api bawah tanah di Upton Park, polisi sudah memberi tahu bahwa mereka tidak bisa menjamin keselamatannya. Tadinya saya sempat meledek dia sebagai seorang pengecut, tapi sekarang saya bersyukur ia tidak jadi datang, karena ia harus berjalan kaki melalui area yang kini sudah menjadi area tempur kedua penggemar.
Manajer West Ham, Gianfranco Zola, nampak shock akibat apa yang ia saksikan malam itu. ”Dalam tujuh tahun di Chelsea dan 11 bulan di West Ham, saya tidak pernah melihat sesuatu seperti ini. Saya sangat terkejut dengan semua ini. Kita semua tahu bahwa pertandingan ini sangat berarti bagi kedua kelompok suporter, tapi tidak ada yang menyangka akan berakhir seperti ini”.
Asosiasi sepak bola Inggrispun mengambil tindakan cepat dengan memberi pernyataan bahwa semua orang yang yang terlibat dalam kerusuhan semalam, baik di luar dan dalam stadion, akan dilarang untuk menghadiri pertandingan sepakbola seumur hidup.
Peristiwa ini menyadarkan pemerintah Inggris bahwa menempatkan Stewards dan bukan polisi akan berkonsekuensi tinggi, terutama dalam partai yang memiliki sejarah kekerasan fans yan gtinggi. 
Pertandingan semalam seharusnya menceritakan keberanian seorang Jack Collison yang mengesampingkan rasa duka demi menjalankan tugasnya. "That’s what my dad would’ve wanted" atau "Ayah saya pasti menginginkan saya untuk terus bermain" ujar Collison. Sayangnya kisah keberanian itu malah dirusak oleh beberapa oknum yang mengaku pendukung dari klub itu sendiri.
Rekan rekan Collison mengenakan arm-band hitam untuk berkabung atas perginya ayah Collison, seharusnya arm-band itu duganakan untuk mengenang hilangnya integritas sepak bola dan munculnya kembali kebodohan hooliganisme.




SEJARAH HOOLIGAN


Konon, dalam dunia sepak bola tidak dikenal latar belakang sosial. Di dalam sepak bola hanya ada satu agama, budaya, suku, dan ras. Akan tetapi, tidak selamanya sepak bola berhasil menyatukan para penggemarnya. Fanatisme berlebihan yang ditunjukkan para suporternya membuat wajah sepak bola menjadi garang dan sangat mengerikan. Dari fanatisme kemudian lahir bibit-bibit hooligan, yaitu manusia-manusia agresif dan brutal bila tim kesayangan yang digadang-gadang untuk menang menjadi pecundang.
Bagi penggila sepak bola, istilah hooligan bukanlah kosa kata asing lagi. Sebutan hooligan merujuk pada fans fanatik Inggris yang hampir di setiap pertandingan berbuat ulah, ricuh dan rusuh. Dalam banyak kasus, terlebih saat Inggris mengalami kekalahan dalam pertandingan tandang maupun di kandang sendiri, hooligan kerap berurusan dengan kepolisian karena tidak menunjukkan perilaku sportif yang berujung anarkistis.
Jika melihat tampilan para hooligan, dalam keadaan biasa, memang lucu kelihatannya. Namun, begitu mereka beraksi, tak ada lagi yang patut ditertawakan. Mereka suka mabuk-mabukan, muntah, dan kencing sembarangan. Berkelahi dengan siapa saja yang dijumpainya, terutama terhadap pendukung musuh kesebelasannya. Polisi pun tidak segan dilabrak.
Penyakit hooliganisme tersebut kini menular ke seluruh penjuru dunia, mulai dari daratan Eropa, ujung Afrika, pedalaman Cina hingga pelosok Indonesia. Bahkan, hooliganisme di negeri ini selain mendorong anarkisme di dalam stadion, juga menyulut banalisme di luar stadion.
Kisah kekerasan suporter bola, termasuk di Indonesia, melahirkan tanda tanya besar di benak kita: ada apa dengan sepak bola dan suporternya? Sejak kapankah hooligan muncul dalam dunia sepak bola? Buku The Land of Hooligans ini secara lugas mengisahkan sejarah para perusuh sepak bola di berbagai negara. Penulis juga berusaha mengurai variabel sosial yang melingkari seluk-beluk hooliganisme.
Ini hanya satu di antara puluhan buku, atau bahkan ratusan buku, yang pernah ditulis mengenai kekerasan suporter sepak bola. Tapi, buku ini punya keistimewaan sebab mencatat kronik sejarah secara detail dan mengungkap sisi-sisi terdalam yang tidak pernah ditulis sebelumnya.

ASAL USUL HOOLIGANISME

Istilah hooliganisme muncul sejak akhir abad ke 19, tepatnya pada 1898 di Inggris. Tak heran jika Inggris adalah gudang penghasil hooligan yang paling padat. Sementara studi mengenai suporter sepak bola dimulai akhir 1960-an. Sejak itu pula, ada kepedulian politis, sosial, dan media yang besar terhadap hooliganisme sepak bola Inggris.
Puncak aksi hooliganisme terjadi pada 29 Mei 1985 ketika suporter Liverpool menyerang suporter Juventus dalam final Champions Cup di Stadion Heysel, Brussel, Belgia. Peristiwa ini bermula dari pendukung masing-masing klub yang saling mengejek dan melecehkan. Kemudian, para pendukung Juventus mulai melemparkan kembang api ke arah pendukung Liverpool. Huru-hara pun meledak. Akibat peristiwa itu, 39 orang tewas mengenaskan.
Kisah-kisah kekerasan hooligan terus mewarnai dunia sepak bola, termasuk dalam pertandingan derby. Di Skotlandia, yang paling sering terjadi adalah perang antar-suporter Glasgow Celtic dan Glasgow Rangers. Celtic adalah klub yang dianggap mewakili agama Katolik, sedangkan Rangers mewakili Protestan.
Masing-masing hooligan siap bertaruh nyawa. Suporter Rangers sering menamakan diri Billy Boys, yakni geng yang menghabisi umat Katolik Glasgow semasa Perang Dunia I dan II. Akibatnya, derby kedua klub ini selalu panas. Pendukung kedua klub pun sering terlibat bentrok sebab setiap Celtic dan Rangers bertanding, olok-olokan suporter saling menyerang identitas agama kedua pihak.
Di Italia, pertandingan derby Inter Milan versus AC Milan disebut-sebut sebagai perang kaum miskin (Milan) melawan kaum kaya (Inter). Konteks yang sama terjadi pula di Turki. "Derby Istanbul" yang memertemukan Fenerbahce versus Galatasaray adalah pertandingan yang dianggap sebagai perang kaum miskin (Fenerbahce) versus aristokrat (Galatasaray).

TIPS MENCARI KOSAN ALA MAHASISWA


Kos dan mahasiswa..
Udah kayak amplop dan perangko
Udah kayak sayur dan garam
Udah kayak kamu dan aku #mendadakromantis
Sebuah kesatuan yang tidak akan terpisahkan
Karena sebagian besar mahasiswa adalah mereka para pencari ilmu yang bepergian jauh dari tanah kelahirannya #tssaahh *backsound lagu arab* #musafir #okesip

Dan gue juga merasa kalo prestasi seorang mahasiswa itu bisa dilihat dari kamar kosnya
Semakin rapi kamar kosnya, maka semakin rapi juga nilai IP nya #sahih
Semakin berantakan kamar kosnya, maka semakin berantakan juga mukanya #inibeneran #truestory )
Karena nilai tempat tinggal yang begitu esensial bagi manusia (sok iye nih bahasa gue), maka kalian para mahasiswa yang masih nomaden perlu memilih tempat kos yang tepat supaya hidup kalian bisa damai #lifeguide

Gue sebagai seorang mahasiswa mepet, merasa perlu dan bertanggung jawab untuk berbagi tips memilih kos yang tepat
Karena milih kos itu udah kayak milih pendamping hidup, gak boleh asal supaya ntar gak menyesal
Berhubung ini tahun ajaran baru, gue bakalan bagi-bagi tips yang gue harap bermanfaat buat kaskuser semua
Cekidot

1) Pilih tempat kos yang deket dari kampus, maksimal 500 langkah kaki
Kenapa gue bilang 500 langkah kaki?
Karena rata-rata langkah kaki orang dewasa (ciyeee dewasa nih udahan..) itu selebar 30 cm.
Jadi kalo 500 langkah kaki, jarak maksimal antara kampus ke kos cuma 150 meter. Gak percaya? Percaya aja deh #okesip
Hal ini tentu menguntungkan, baik dari segi waktu maupun biaya

a) Waktu
Kalo 1 langkah butuh waktu 0,5 detik, berarti 300 langkah cuma butuh 150 detik
Kalo 1 menit itu 60 detik, berarti 150 detik itu cuma 2,5 menit
Jadi kalo lo ada kuliah jam 7 pagi, lo masih bisa ngebangke (baca: tidur sambil ngiler kayak bangke) sampe jam 6 menit 57 detik 30 #matematis
Itupun kalo lo emang termasuk pendukung gerakan penghematan air sejati (baca: gak mandi) yang udah mirip kucing kalo kena air #okesip

b) Biaya
Kan gue udah bilang kalo cari kos itu maksimal 500 langkah kaki, itu berarti lo gak usah repot-repot pake motor ato mobil lo yang mencemari udara & makin bikin lebar lubang ozon itu #dramatis
Kalo gak kuat jalan kaki lo juga bisa gowes ke kampus, jadi bisa tetep gaya walau tanpa biaya #tsssaaahh
Lumayan duit yang seharusnya dipake beli bensin bisa ditabung buat masa depan #menabungpangkalkaya #nafsupangkalpaha #eh )

2) Perhatikan bapak/ibu kos nya, muka malaikat ato muka preman
Gue peringatin, ini hal yang sangat penting
Karena sebagus-bagusnya tempat kos kalo indekosnya galak, lo sama aja tinggal di neraka. Suwerrr
Dan hal ini juga akan semakin bikin stress kalo pas awal bulan duit kiriman dari ortu telat
Ngebon duit kos hanya sebuah angan-angan, sama kayak mengharapkan dapet IP 4.01. #miris
Dan gue yakin lo bakal dikejar lebih parah dari Tom ngejar Jerry #horor
Jadi, gue saranin buat cari-cari info dulu soal indekos di tempat kos pilihan lo
Kalo perlu sewa intel berpakaian preman, ato detektif sekelas Sherlock Holmes #okesip

3) Perhatikan teman-teman satu kos nya. Pastiin gak ada yang maho
Ini adalah usaha gue untuk nyelametin masa depan lo, supaya garis keturunan keluarga besar lo gak terputus #miris
Temen kos maho adalah bencana, apalagi yang kamarnya sebelahan sama kamar yang bakal lo tempati
Situasi ini lebih serem dari bom atom Hiroshima. Gak percaya? Percaya aja deh #okesip
Tidur lo gak akan nyenyak, konsentrasi belajar terganggu, nafsu makan menurun, & resiko terkena serangan jantung meningkat
Lo bakalan dihantui ketakutan lebih besar dari saat lewat kuburan, mungkin lo bakal milih buat tidur di kuburan daripada tidur di kos #logis
Jadi daripada lo mati muda, mending lo jangan kos di sarang maho kayak gini #lifeguide

Sumber :: disini

KEKERASAN SEPAKBOLA ITALIA


Budaya kekerasan dalam dunia sepakbola sering diidentikkan dengan kerusuhan antar suporter maupun perkelahian antar pemain dan ofisial tim. Pandangan tersebut tidaklah salah hanya saja tidak selamanya sepakbola itu selalu penuh dengan kekerasan meskipun sepakbola itu sendiri adalah olahraga yang keras. Kekerasan dalam sepakbola tersebut merupakan evolusi dari budaya hooliganisme yang saat ini telah berkembang ke seluruh penjuru dunia. Hooliganisme tidak hanya mendorong kekerasan di dalam stadion tetapi juga menyebarkan benih-benih kekerasan di luar stadion.

SEPAK BOLA Italia menyimpan cerita kelam. Di sana sering kali muncul kericuhan yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Berikut kekerasan yang pernah terjadi.

Oktober 1979
Seorang fans Lazio bernama Vincenzo Paparelli meninggal sesudah dilempari bom api dalam derby melawan AS Roma.

Maret 1982
Tifosi AS Roma, Andrea Vitone tewas karena Romanisti lainnya membakar kereta yang membawa supporter mereka. Romanisiti melakukannya karena kesal timnya kalah dengan Bologna.

Oktober 1988
Pecah kerusuhan antara suporter Inter Milan dengan Ascoli. Nazzareno Filippini, seorang suporter Ascoli tewas delapan hari sesudah bentrokan karena luka-luka yang dideritanya sewaktu diserang pendukung Inter.

Januari 1995
Sebelum pertandingan melawan AC Milan, seorang fans Genoa, Vincenzo Spagnolo tewas tertusuk pisau.

Juni 2001
Partai Catania vs Messina membawa korban. Seorang penonton bernama Antonio Curro mati akibat terkena ledakan bom rakitan.

September 2003
Napoli terpaksa memainkan lima pertandingan tanpa penonton akibat perkelahian yang muncul di lapangan dalam pertandingan melawan Avellino. Dalam insiden itu 30 polisi cedera dan seorang fans bernama Sergio Ercolano tewas terjatuh dari tribun.

Maret 2004
Derby della Capitale lagi-lagi memicu kerusuhan. Suporter Roma turun ke lapangan untuk menemui kapten Francesco Totti agar menghentikan pertandingan. Hal itu dilakukan karena ada rumor polisi membunuh seorang suporter.

September 2004
Pertandingan antara Roma dan Dynamo Kyiv di Liga Champions ditunda karena wasit Anders Frisk terluka akibat terkena korek api yang dilemparkan suporter dari tribun.

April 2005
Kiper Milan, Nelson Dida cedera setelah dilempati kembang api oleh suporter Inter di dalam pertandingan perempat final Liga Champions 2004-05. Pertandingan itu akhirnya dihentikan.

Februari 2007
Seorang polisi bernama Filippo Raciti terbunuh dalam kericuhan antarsuporter Palermo dan Catania

November 2007
Gabriele Sandri, seorang fans Lazio meninggal karena terkena peluru nyasar yang ditembakkan polisi untuk meredakan kerusuhan antara suporter Lazio dengan Juventus.

TENTANG ULTRAS

Ultras, berasal dari bahasa latin “Ultra” yang berarti lebih, Mendukung sebuah klub kesayangannya diatas rata – rata penonton biasa. Seorang Ultra sejati tidak mengikuti mode dan hal teranyar lainnya. Saat seorang Ultra berjalan dikeramaian, kendati tanpa logo supporter, dia akan mudah dikenal orang lain. Seorang Ultra sejati hanya menyerang jika diserang dan akan menolong jika diperlukan.

Ultra tua akan memimpin dan memberikan contoh kepada yang muda. Ultra muda harus memberikan rasa hormat kepada yang tua. Ultra muda akan merasa bangga jika berdiri berdampingan dengan yang tua, mereka akan belajar dari kritikan si tua. Yang muda akan bersemangat jika mendapat jabatan tangan erat dari yang tua. Saat orang normal melihat tingkah laku Ultra, mereka tidak akan mengerti, tetapi Ultra memang tidak ingin dimengerti atau menjelaskan arti keberadaan mereka. Setiap Ultra berbeda; ada yang mengenakan logo supporter atau tim ada juga yang tidak pernah menggunakan keduanya. Ada yang bepergian dalam sebuah kelompok ada yang pergi secara individu.

Kendati berbeda, satu hal yang membuat mereka bersatu adalah kecintaan terhadap klub, hasrat mereka untuk berdiri selama 90 menit tidak peduli hujan atau dingin. Mereka bersatu dan menghangatkan diri dengan teriakan keras dan serempak, bersatu kendati tertidur setengah mabuk di sebuah kereta atau bis yang membawa mereka pada pertandingan tandang, bersatu karena konvoi di pusat kota tim lawan, bersatu karena berbagi sedikit makanan setelah berjam-jam menahan rasa lapar, bersatu karena berbagi sebatang rokok, bersatu karena berpenampilan sama, bersatu karena idealisme, bersatu karena memiliki MENTALITAS yang sama.

Semua hal diatas menyatukan kami sekaligus menjauhkan kami dari bagian dunia yang lain; dari orang tua yang khawatir, dari sepupu yang bodoh, dari teman sekolah atau rekan kerja, dari guru atau bos yang tidak memiliki rasa toleransi. Ultras tidak pernah melakukan vandalisme atau kekerasan tanpa alasan. Ini hanya cara untuk bertahan dari hidup yang sudah terkena krisis masalah sosial, acara televisi yang bodoh, disko yang terus menerus menarik anak muda dan terpenting tindakan represif yang tidak dapat dibenarkan (polisi dan federasi).

Menjadi Ultra Harus mengorbankani emosi dan hasrat yang tidak dapat dijelaskan kepada orang lain yang tidak mau mengerti atau kepada orang yang biasa memutar kepala dan melanjutkan hidup di balik kaca, orang yang tidak memilik cukup NYALI untuk menghancurkan kaca dan memasuki DUNIA KITA!

FOOTBAL WITHOUT ULTRAS IS NOTHING


PERBEDAAN HOOLIGAN DAN ULTRAS

HOOLIGAN memiliki arti yaitu fans bola yang brutal ketika tim bolanya kalah bertanding. HOOLIGAN merupakan stereotip sepakbola dari INGGRIS..tapi kemudian menjadi fenomena global...sebagian besar dari HOOLIGAN adalah para backpacker yang telah berpengalaman dalam bepergian...mereka sering menonton pertandinganyang beresiko besar..banyak dari mereka sering keluar-masuk penjara karena sering terlibat bentrok fisik...untuk mengantisipasi adanya kerusuhan,,gaya berpakaian mereka pun sudah dipersiapkan untuk berkelahi..mereka jarang menggunakan pakaian yang sama dengan tim mereka...dan memilih pakaian asal-asalan agar tak dideteksi oleh polisi...meski demikian,,mereka tidak menggunakan senjata...para HOOLIGAN biasanya tidak duduk dalam satu tempat bersama-sama dalam stadion,,tapi mereka berpencar-pencar...

ULTRAS diambil dari bahasa latin yang berarti "diluar kebiasaan"...kalangan ULTRAS tidak pernah berhenti menyayikan yel-yel tim favoritnya selama pertandingan berlangsung...mereka bahkan rela berdiri sepanjang pertandingan dan menyalakan gas warna-warni (flare) untuk mencari perhatian...gerakan-geraka
n seperti mexican move (ombak) yang kadang mereka lakukan adalah hasil instruksi dari ultras yang sangat kreatif kepada penonton yang lain..karakter ULTRAS sangat tempramental,,tidak jauh beda dengan HOOLIGAN,jika timnya kalah bertanding dan diremehkan....namun,,berbeda dengan HOOLIGAN,,tujuan mereka adalah mendukung tim,,bukan untuk unjuk kekuatan lewat fisik...anggota ultras adalah mereka yang loyal dan setia tim favoritnya cukup lama....

HOOLIGAN CASUAL

Sebenarnya hooligan kasual adalah sub bagian dari budaya paguyuban sepak bola yang ditandai dengan hooligan sepak bola yang mengenakan pakaian serta aksesoris mahal, bermerek, maupun hasil karya desainer papan atas Eropa. Subkultur ini bangkit di Inggris di akhir 1970-an saat banyak hooligan mulai memakai pakaian label desainer dan aksesoris olahraga mahal guna menghindari perhatian polisi. Mereka tidak memakai aksesoris khas klub favorit mereka, sehingga lebih mudah menyusup ke kelompok saingan serta untuk masuk ke pub.
Subkultur kasual tidak berpusat di sekitar musik, meski begitu hal tersebut diterima secara universal bahwa subkultur kasual muncul di akhir 1970-an, tatkala musik disko sedang sekarat dan punk rock tengah menggila. Beberapa genre yang populer di kalangan kaum kasual di akhir 1970-an adalah Oi!, sebuah genre kebangkitan musik ska yang telah dimodifikasi.

Saat era 1980-an, selera musik kaum kasual berasal dari berbagai sumber, sebagian menikmati grup musik pop menikmati seperti Wham!, ABC, The Human League, Spandau Ballet, serta Adam and The Ant.

Akhir 1980-an dan awal 1990-an, banyak dari kaum kasual adalah penggemar grup musik Madchester dan rave scene (jenis musik elektronik yang dimainkan dengan synthesizer), dan pada 1990-an, banyak penggemar Britpop. Ada pertautan kuat antara budaya rave dengan sepak bola, banyak raver memakai apparel kasual sepak bola tapi jauh dari hooliganisme sepak bola.

Band Madchester kadang memakai pakaian kasual di panggung dan dalam foto publisitas mereka, seperti yang dilakukan Britpop, Blur, dalam videoklip mereka, Parklife.

Sepak bola Inggris telah memiliki unsur subkultur fashion sejak munculnya Teddy Boys pada pertengahan 1950-an, dan asal-usul budaya kasual dapat dilihat dalam subkultur modifikasi di awal 1960-an.

Kelompok-kelompok anak muda yang mendukung klub-klub sepak bola mulai membawa busana mereka ke teras sepak bola, dan beberapa klub tertentu mulai dikenal suporter modifikasi mereka (seperti Chelsea dan West Ham United). Hal ini dilanjutkan dengan subkultur modifikasi spin-off, skinhead, di akhir tahun 1960-an.

Modifikasi Fan Liverpool

Dengan kebangkitan modifikasi di era1970-an, subkultur kasual mulai tumbuh dan berubah setelah suporter Liverpool memperkenalkan gaya dari sebagian suporter Inggris pada mode Eropa saat mengikuti Liverpool di babak perempat final Liga Champion melawan klub asal Prancis, St. Etienne. Para fan Liverpool, yang berpergian ke seluruh Eropa pada akhir 1970-an guna mendukung tim mereka, mulai berdatangan ke Inggris dengan mengenakan pakaian perancang Italia dan Perancis yang mahal, yang mana mereka jarah dari toko selama keributan atau kekerasan yang lumrah terjadi ketika mereka bepergian ke luar negeri. Kala itu, banyak petugas kepolisian yang mengincar para fan yang berdandan ala skinhead dan memakai sepatu Dr. Martens, mereka tidak memperhatikan hooligan yang mengenakan pakaian desainer mahal.

Pakaian berlabel yang terkait dengan gaya kaum kasual di era 1980-an meliputi: Fila, Stone Island, Fiorucci, Pepe, Benetton, Sergio Tacchini, Ralph Lauren, Henri Lloyd, Lyle & Scott, Adidas, CP Company, Ben Sherman, Fred Perry, Lacoste, Kappa, Pringle , Burberry dan Slazenger. Tren mode sering berubah, dan subkultur kasual mencapai puncaknya pada akhir 1980-an. Dengan kedatangan acid house, rave scene, dan Madchester, kekerasan dalam subkultur kasual memudar sampai batas tertentu.

Pertengahan 1990-an, subkultur kasual mengalami kebangkitan besar, tetapi penekanan pada gaya telah sedikit bergeser. Banyak penggemar sepak bola mengadopsi tampilan kasual sebagai semacam seragam, mengidentifikasi mereka berbeda dengan pendukung klub biasa. Merek seperti Stone Island, Aquascutum, Burberry, dan CP Company terlihat di hampir setiap klub, begitu pula halnya favorit klasik seperti Lacoste, Paul & Shark, dan Pharabouth. Di akhir 1990-an, banyak suporter sepak bola mulai bergerak menjauh dari merek yang dianggap seragam kasual, karena telah menarik perhatian polisi; label beberapa desain perancang juga ditarik dari pasaran setelah menjadi seragam hooligan kasual.

Walau begitu beberapa kelompok hooligan kasual terus memakai pakaian Stone Island di tahun 2000-an, banyak yang logo kompas (badge khas pakaian label Stone Island) sehingga menjadi kurang jelas. Namun, dengan dua kancing masih menempel, hal ini membuat mereka masih mudah dikenali oleh kelompok hooligan kasual lainnya.

Akhir tahun 1990-an dikatakan bahwa pihak kepolisian telah gagal untuk menghubungkan logo kompas Stone Island kompas dengan salib Celtic versi neo-Nazi. Oleh karena hal ini, label pakaian baru mulai memperoleh popularitas diantara para hooligan kasual. Seperti halnya pakaian para desainer yang mahal, barang palsu yang murah juga dapat terlihat. Prada, Façonnable, Hugo Boss, Fake London Genius, One True Saxon, Maharishi, Mandarina Duck, 6876, dan Dupe mulai mendapat popularitas yang luas.

Mode kasual mengalami peningkatan popularitas di tahun 2000-an, dengan aksi grup musik Inggris seperti The Streets dan The Mitchell Brothers yang memakai pakaian olahraga kasual dalam video musik mereka. Budaya kasual telah disorot oleh film-film dan program televisi seperti ID, The Firm, The Football Factory, serta Green Street.

Di era 2000-an, label-label pakaian yang terkait dengan hooligan kasual diantaranya: Stone Island, Adidas, Originals, Lyle & Scott, Fred Perry, Armani, Three Stroke, Lambretta, Pharabouth, dan Lacoste. Namun menjelang akhir dekade ini, banyak hooligan kasual berpenampilan lebih halus dan underground telah mengadopsi penampilan yang lebih beda, menyingkirkan merek yang populer, serta jadi mainstream sehingga memberi jalan masuk bagi pakaian-pakaian berlabel indie seperti Albam, YMC, APC, Folk, Nudie Jeans, Edwin, Garbstore, Wood Wood, dan Superga. Walau begitu merek terkemuka macam Lacoste, Ralph Lauren, serta CP Company tetap masih populer.


SEJARAH CASUAL STYLE

PENDAHULUAN
The Casual Subkultur merupakan subbagian dari budaya asosiasi sepak bola yang ditandai oleh hooliganisme sepak bola dan mengenakan pakaian desainer mahal Eropa. Subkultur berasal di Inggris pada akhir 1970-an ketika banyak hooligan mulai memakai label desainer dan olahraga mahal untuk menghindari perhatian polisi. Mereka tidak memakai warna klub, sehingga lebih mudah untuk menyusup kelompok saingan dan untuk masuk ke pub.

Genre musik populer di kalangan pekerja lepas di akhir 1970-an mencakup: kebangkitan kembali mod, postpunk, Oi! dan ska. Pada 1980-an, selera musik pakaian sederhana yang eklektik, dengan beberapa kelompok pop menikmati seperti Wham!, ABC, The Human League, Spandau Ballet dan Adam Ant. Pada akhir 1980-an dan awal 1990-an, banyak pekerja lepas bagian dari Madchester dan pujian adegan, dan pada 1990-an, banyak penggemar Britpop adalah sebuah crossover yang kuat dengan budaya rave, dengan banyak raver sepak bola memakai merek santai tapi menjauhkan dari hooliganisme sepakbola Madchester band kadang-kadang memakai pakaian kasual di panggung dan dalam foto publisitas, seperti yang dilakukan Britpop Blur seperti dalam video mereka untuk "Parklife ". Sejak itu, genre paling populer di kalangan pekerja lepas telah indie rock.

SEJARAH
Pendukung sepakbola Inggris telah memiliki unsur subkultur fashion yang dipimpin kuat sejak munculnya Teddy Boys pada 1950-an pertengahan. Hal ini dilanjutkan dengan mods tahun 1960-an awal, skinhead dari akhir 1960-an kemudian, dan revivalis mod dari akhir 1970-an.

Subkultur santai dimulai pada akhir 1970-an setelah Liverpool FC penggemar memperkenalkan sisa Inggris untuk mode Eropa bahwa mereka diperoleh saat mengikuti Liverpool di Piala Eropa 1977 triwulan mereka final melawan Perancis St Etienne. Liverpool fans ini tiba kembali di Inggris dengan olahraga desainer mahal Italia dan Perancis, yang sebagian besar mereka dijarah dari toko-toko. Para fans membawa kembali banyak merek pakaian unik yang tidak pernah terlihat di negara ini sebelum. Segera penggemar lain berteriak-teriak untuk barang-barang langka dari pakaian, seperti Sergio Tacchini Lacoste atau kemeja, dan tidak biasa Adidas pelatih, yang masih berhubungan dengan pendukung Liverpool saat ini. Pada saat itu, banyak polisi masih pada mencari fans skinhead memakai sepatu Dr Martens.

label pakaian yang dipakai sangat sederhana pada tahun 1980 meliputi: Pringle, Burberry, Fila, Stone Island, Fiorucci, Pepe, Benetton, Sergio Tacchini, Ralph Lauren, Henri Lloyd, Lyle & Scott, Adidas Originals, Ben Sherman, Fred Perry, Lacoste, Kappa , Storm Peter, Reebok dan Slazenger. tren Fashion sering berubah, dan subkultur santai mencapai puncaknya pada akhir 1980-an.

1990-an dan 2000-an

Pada pertengahan 1990-an, subkultur kasual mengalami kebangkitan, tapi lebih ke penekanan pada gaya telah berubah sedikit. Banyak penggemar sepak bola mengadopsi tampilan kasual sebagai semacam kostum, mengidentifikasi mereka sebagai berbeda dari para pendukung klub biasa. Merek seperti Stone Island, Aquascutum dan Burberry terlihat di hampir setiap klub, serta gaya klasik favorit seperti Lacoste dan Paul & Shark. Pada akhir 1990-an, banyak pendukung sepak bola mulai bergerak menjauh dari merek yang dianggap kostum kasual, karena cukup mengecoh perhatian polisi bahwa gaya santai seperti itu.

Casual fashion mengalami peningkatan popularitas di tahun 2000-an, dengan musik Inggris bertindak seperti The Streets dan The Mitchell Brothers menggunakan pakaian kasual dalam video musik mereka. Budaya Casual telah disorot oleh film-film dan program televisi seperti ID, The Firm, Football Factory dan Green Street. Meskipun beberapa pakaian sederhana terus memakai pakaian Stone Island di tahun 2000-an, dengan ciri khas logo kompas. Label pakaian lainnya yang terkait dengan pakaian kasual di tahun 2000-an : Barbour, Adidas Originals, Lyle & Scott, Fred Perry, Armani, Henri Lloyd, CP Company, Lambretta, One True Saxon, Fake London Genius, Ralph Lauren, Lacoste, Prada, Façonnable , 6876, Hugo Boss, Maharishi dan Bebek Mandarina Duck.


Jumat, 21 September 2012

FINAL ARSENAL DENGAN JUMLAH PENONTON TERBANYAK


TAHUKAH KAMU?

Dari semua final kompetisi yang diikuti Arsenal, final FA 1950 adalah final Arsenal yang paling banyak dihadiri penonton. Tercatat ada 127.000 penonton menyaksikan final FA 1950 antara Arsenal vs Liverpool (29 April 1950).

Jumlah penonton di final FA 1950 jauh lebih banyak dibandingkan final UCL 2006 antara Barcelona-Arsenal (79.500 orang) ataupun final UEFA Cup 2000 antara Arsenal-Ga...latasaray (38.919 orang).

Arsenal pun akhirnya menjadi juara FA musim 1950 setelah mengalahkan Liverpool 2-0

Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/1949%E2%80%9350_FA_Cup

KETIKA ARSENAL AMAT MANDUL, NAMUN BISA DI 10 BESAR KLASEMEN AKHIR

TAHUKAH KAMU?

Tim yang amat mandul di Liga biasanya menjadi penghuni papan bawah, atau bahkan degradasi.

Tapi hal yang berbeda justru terjadi pada Arsenal di musim 1992-93. Di musim tersebut, Arsenal hanya membukukan 40 gol dari 42 pertandingan. Arsenal menjadi tim TERMANDUL KEDUA di Liga Inggris 92/93 ('kalah' satu gol dengan Nottingham Forest yang jadi juru kunci, 39 gol).

TAPI UNIKNYA, WALAUPUN JADI TIM TERMANDUL KEDUA DI LIGA INGGRIS 1992/93, ARSENAL JUSTRU BISA ANTENG DI POSISI 10 KLASEMEN AKHIR LIGA INGGRIS 1992/93 :D. Nottingham saja bisa degradasi, tapi Arsenal malah bisa berdiri di 10 besar :D.

Ternyata, hal ini disebabkan karena pertahanan Arsenal yang sangat kuat. Arsenal 'hanya' kebobolan 38 gol dari 42 pertandingan Liga Inggris 1992/93, merupakan pertahanan terkuat kedua saat itu ('kalah' dengan juara Liga Inggris 1992/93, MU yg hanya kebobolan 31 gol)

MANTAN PEMAIN ARSENAL YANG MENGIDAP PENYAKIT KRONIS DI USIA MUDA


Teman2 pasti pernah mendengar nama Eric Abidal, pemain Barcelona yang terkena tumor liver. Atau masih ada yang ingat Marc Vivien Foe? mantan pemain Kamerun yang meninggal karena sakit jantung (Henry sampai menangis mengenang Foe).

Beberapa pemain Arsenal pun ada yang mengidap penyakit kronis di usia muda. Tapi bukan berarti mereka... menyerah terhadap penyakitnya. Bahkan ada yang masih bertahan hidup hingga sekarang.
---------------------
1. DAVID ROCASTLE (1967-2001)
David "Rocky" Rocastle terlahir tanggal 2 Mei 1967 di Lewisham, London. Karir seniornya di Arsenal dimulai tahun 1984 sebagai gelandang. Bersama Arsenal, ia meraih 2 trofi Liga Inggris, 1 Piala Liga, dan 1 Charity Shield (dibagi). Pada tahun 1992, ia memutuskan hijrah dari Arsenal. Secara total, ia bermain di Arsenal sebanyak 277 kali dan mencetak 34 gol.

Pada Februari tahun 2001, Rocky divonis mengidap penyakit non-Hodgkin's lymphoma (sejenis penyakit kanker yang menyerang sistem kekebalan tubuh). Rocky menjalani kemoterapi agar bisa segera pulih. Namun Tuhan berkehendak lain. Ia meninggal di bulan berikutnya, tepatnya tanggal 31 Maret 2001.
------------------------
2. NWANKWO KANU
Jika melihat pada performanya di lapangan, kita takkan menyadari bahwa Kanu pernah divonis mengidap penyakit jantung. Ia dikenal sebagai pemain Nigeria yang berprestasi. Kanu terlahir di Owerri, Nigeria tanggal 1 Agustus 1976.

Pada tahun 1996, Kanu berjasa membawa Nigeria memenangkan medali emas Olimpiade 1996. Tapi tak lama setelah kejuaraan itu, Kanu harus menjalani operasi katup aorta (pembuluh nadi terbesar di jantung) dan ia harus absen bermain di klub hingga April 1997 (saat itu ia baru bergabung dengan Inter). Akhirnya operasi berjalan sukses. Namun karirnya di Inter tak sesukses di klub lamanya, Ajax. Akhirnya Kanu hijrah ke Arsenal tahun 1999 dan bermain bagi Arsenal hingga tahun 2004.

Secara total, Kanu bermain di Arsenal sebanyak 198 kali dan mencetak 44 gol. Ia berperan membawa Arsenal meraih 2 trofi EPL, 2 FA, dan 1 Community Shield (dulu namanya Charity Shield).

Kanu mendirikan organisasi Kanu Heart Foundation di tahun 2000.
------------------
3. JOHN HARTSON
John Hartson terlahir tanggal 5 April 1975 di Swansea, Wales. Beliau pindah dari Luton Town ke Arsenal pada tahun 1995 dan bermain bagi Arsenal hingga tahun 1997.

Penampilan Hartson di Arsenal memang tak banyak mengalami perkembangan. Secara total, ia bermain bagi Arsenal sebanyak 71 kali dan menvetak 17 gol. Karena kalah bersaing dengan striker2 seperti Ian Wright dan Nicolas Anelka, maka Hartson memutuskan hijrah ke West Ham tahun 1997. Sayangnya, di West Ham ada suatu momen buruk pada tahun 1998, di mana Hartson menendang wajah rekannya sesama pemain West Ham, Eyal Berkovic. Ia kemudian hengkang dari West Ham pada tahun 1999 dan bermain untuk beberapa klub hingga akhirnya pensiun tahun 2008.

Pada Juli tahun 2009, Hartson didiagnosa mengidap kanker testis. Bahkan kanker tersebut sudah menyebar hingga ke otak dan paru-parunya. Pada Desember 2009, ia berhasil melalui berbagai perawatan medis dan kanker tersebut sudah diberantas di tubuhnya, meskipun Hartson tetap harus menjalani pengobatan lebih lanjut.

PARTAI-PARTAI FINAL DRAMATIS ARSENAL


Teman2 tentu masih ingat final carling 2011 (27 Feb 2011), di mana Arsenal yang diunggulkan juara Piala Liga terpaksa merelakan trofi Carling ke tangan Birmingham karena kebobolan gol penentu kemenangan Birmingham di menit ke 89.

Namun selain partai final tersebut, ada lagi partai2 final dramatis lain yang melibatkan Arsenal.
------------------------------

1. Replay Final FA Cup 1992/93
(Arsenal 2-1 Sheffield Wednesday), tgl 20 Mei 1993

Partai final FA Cup ini merupakan satu2nya partai final Arsenal yang mengalami replay. Di pertandingan final Arsenal vs Sheffield Wednesday tanggal 15 Mei 1993, kedudukan berakhir 1-1 hingga extra time. Akibatnya, pertandingan replay harus dijalani, yaitu pada tanggal 20 Mei 1993. (Saat itu belum ada peraturan adu penalti).

Arsenal mencetak gol terlebih dahulu melalui Ian Wright di menit ke 34. Lalu Sheffield membalas dengan gol Chris Waddle di menit 68. Skor 1-1 bertahan hingga menit ke 90 sehingga harus melalui extra time. Hingga menit ke 118, gol tambahan belum terjadi. Namun akhirnya Andy Linighan memberikan kemenangan bagi Arsenal dengan mencetak gol di menit ke 119, menjelang peluit dibunyikan.
----------------------------
2. Final Fa Cup 1978/79
(Arsenal 3-2 MU), tgl 12 Mei 1979

Partai final FA Cup ini dikenal dengan sebutan "Five minute Final". Mengapa disebut "Five Minute Final"? Karena terjadi kejar2an gol dalam 5 menit sebelum pertandingan usai.

Arsenal unggul terlebih dahulu di menit ke-12 oleh gol Brian Talbot. Frank Stappleton menambah keunggulan Arsenal menjadi 2-0 di menit ke-43.

MU tertinggal 2-0 hingga menit ke-85. Namun tak disangka Gordon Mc.Queen mencetak gol bagi MU di menit ke-86, lalu disusul gol Sammy Mcllroy di menit ke 88 sehingga kedudukan menjadi 2-2. Fans MU bersorak melihat kebangkitan timnya. Namun akhirnya suporter Arsenal kembali bersorak setelah Alan Sunderland mencetak gol hanya semenit setelah kebobolan, yaitu gol di menit ke-89, sehingga Arsenal menang 3-2.
---------------
3. Final Winners' Cup 1994/95
(Arsenal 1-2 Real Zaragoza), tgl 10 Mei 1995

Ini merupakan final Winners' Cup yang amat dramatis bagi Arsenal. Arsenal lebih diunggulkan menjadi juara karena sebelumnya meraih Winners' Cup 1993/94.

Arsenal terlebih dahulu kebobolan oleh gol Juan Esnaider di menit ke 68. Arsenal menyamakan kedudukan melalui gol John Hartson di menit ke 77. Kedudukan 1-1 bertahan hingga menit ke 90 sehingga harus diadakan babak extra time. Hingga menit ke 119, gol tambahan belum terjadi. Namun betapa terkejutnya Arsenal ketika mereka kebobolan oleh gol Nayim di menit ke 120, sesaat sebelum wasit meniup peluit. Arsenal pun harus puas menjadi runner up Winners' Cup 1994/95 dengankekalahan 1-2.
---------------
4. Matchday Terakhir Liga Inggris 1988/89
(Liverpool 0-2 Arsenal), tgl 26 Mei 1989

Inilah pertandingan dramatis yang menjadikan Arsenal juara Liga Inggris 1988/89. Liverpool sesungguhnya lebih diunggulkan karena mereka sudah unggul 3 poin di atas Arsenal. Kalaupun Liverpool kalah atas Arsenal, kekalahan 0-1 pun cukup membuat Liverpool menjadi juara.

Pertandingan dilaksanakan di Anfield, sehingga Liverpool lebih diunggulkan. Namun Alan Smith mencetak gol bagi Arsenal di menit ke 52. Sebenarnya peluang juara Liverpool masih terbuka walaupun kebobolan 1 gol. Namun tak disangka Michael Thomas menjebol gawang Liverpool di menit ke 92, sehingga Arsenal menang 0-2. Arsenal pun menjadi juara Liga Inggris 1988/89. Dari statistik klasemen, Arsenal dan Liverpool mengumpulkan poin yang sama (76) dengan selisih gol yang sama (37). Namun Arsenal dinobatkan sebagai juara karena mencetak gol lebih banyak. Arsenal mencetak 73 gol dan kemasukan 36 gol. Sedangkan Liverpool mencetak 65 gol dan kemasukan 28 gol.

JIKA GOL DIKENAKAN TARIF

Herbert Chapman pernah mengambil keputusan yang salah dalam transfer pemain. Pemain tersebut sebenarnya bagus, tapi sayangnya, Chapman gegabah dalam soal transfer.

Pemain itu namanya Charlie Buchan. Charlie Buchan bergabung dengan Woolwich Arsenal tahun 1909-1910, lalu kemudian pindah Leyton. dari Leyton, Buchan pindah ke Sunderland dan bermain cemerlang di sana.

Karena kecemerlangan penampilannya, Herbert Chapman (Pelatih Arsenal saat itu) memutuskan untuk membawa kembali Charlie Buchan. Sunderland tak mau melepaskan Buchan karena Buchan adalah pemain andalan mereka.

Sunderland meminta harga 4.000 pounds dari Arsenal jika ingin memboyong Buchan. Herbert Chapman menawar Buchan seharga 2.000 pounds. Agar disetujui Sunderland, Chapman berjanji untuk membayar Sunderland 100 pounds/gol tiap kali Buchan mencetak gol bagi Arsenal (tarif berlaku untuk musim pertama Buchan di Arsenal).

Charlie Buchan kembali ke Arsenal tahun 1925. Chapman tidak menyangka bahwa Buchan mencetak21 gol bagi Arsenal di musim pertamanya.

Akibatnya, Arsenal harus membayar total biaya transfer Buchan sebesar 4.100 pounds (2.000 pounds untuk pembelian, 2100 pounds untuk 21 gol Buchan). Harga yang dibayar Arsenal 100 POUNDS LEBIH MAHAL dibandingkan harga yang diminta Sunderland pada mulanya (4.000 pounds).

Hari Ketika Ultras Bersatu


Minggu, 11 November 2007. Terjadi beberapa kerusuhan di Kota Roma.antara pendukung Lazio dan ultras Juventus. Di sebuah SPBU di Badia al Pino di Arezzo polisi berusaha membubarkan sebuah bentrokan. Gabriele Sandri, seorang DJ yang pendukung Lazio berada di tempat dan waktu yang salah, duduk di dalam mobilnya di sekitar tempat itu. Sebuah peluru yang dilepaskan seorang personel polisi kota Roma bernama Luigi Spaccarotella menembus leher Sandri. Sandri menghembuskan nafas terakhirnya.

Kerusuhan merebak di seantero Italia, ultras dari semua klub di Italia memprotes brutalisme polisi tersebut. Mereka, saat itu, tidak lagi mengidentifikasikan diri mereka dengan klub yang didukungnya, tetapi mereka sebagai keluarga besar ultras merasa terzalimi.

Pemakaman Sandri diadakan Rabu, 14 November 2007, diawali misa di gereja setempat. Ribuan ultras dari berbagai klub di Italia, hari itu datang memberikan penghormatan terakhirnya kepada Sandri. Ultras dari semua klub di Italia berbaur, melupakan sementara semua rivalitas. Di hari Rabu itu semua ultra Italia bersatu.

Di bawah ini adalah sebuah catatan harian seorang remaja pendukung AS Roma, klub sekota dan rival abadi Lazio, yang menuliskan pengalamannya menghadiri upacara penghormatan bagi Sandri:


“Pemakaman Gabriele Sandri akan dilakukan hari ini di gereja paroki tempat dia menerima Sakramen Pemandian, beberapa tahun yang lalu. Gereja ini terletak di Piazza Baldunia, tak jauh dari rumah dan toko keluarganya, yang dikelola Sandri. Saya memutuskan untuk menghadirinya. Sebagian untuk menunjukkan rasa hormat saya padanya, sebagian lagi karena kejadian ini membuat saya marah. Sisanya karena rasa keinginan tahu saya.”

“Saya naik bus nomor 913 dari halte Metro di Lepanto. Seorang pria berusia empatpuluhan dan membawa payung yang terlipat naik ke bus sebelum saya, sambil mengamati peta kecil yang kelihatannya dicetak dari internet. Saya mengintip dari balik bahunya, ternyata peta itu menunjukkan rute ke arah gereja. Saya sendiri tidak membawa peta, walaupun saya belum pernah bepergian ke bagian barat daya kota Roma, karena mengira cukup mudah untuk menemukan lokasinya.”

“Bus sangat penuh. Sekitar setengah lusinan remaja dengan topi dan syal AS Roma tertawa riang dan bercanda di bagian belakang bus. Dua gadis mungil berambut pirang berusia sekitar 20 tahun berdiri dalam keheningan. Mereka mengenakan jaket hitam dengan logo birulangit dan putih Lazio serta emblem bendera Italia di lengannya. Kata “Irriducibili” tercetak di bagian depan. Di setiap halte makin banyak orang dengan syal Lazio naik dan membuat bus makin penuh saja. Seorang pria paruh baya bertanya kepada mereka, apakah mereka kenal dengan Gabriele Sandri. Mereka menjawab tidak, tetapi mereka tahu nama pembunuhnya. Pria itu hanya mengatakan bahwa keadaan akan tetap sama saja. Seorang perempuan berusia tigapuluhan bercelana ketat meneruskan bahwa kejadian ini menunjukkan bahwa kita tidak akan pernah bisa memercayai polisi.”

“Kami turun dari bus dan berjalan ke arah taman di depan gereja. Gerimis mulai turun. Waktu menunjukkan pukul 11.40 dan taman penuh sesak dipadati orang. Beberapa orang membentuk pagar betis di tangga menuju gereja, menahan kerumunan massa yang memenuhi empat penjuru taman. Sebagian besar massa adalah pemuda, tetapi jumlah perempuan dan lanjut usia pun cukup banyak. Media memperkirakan paling tidak 5.000 orang ada di sana saat itu.”

“Kelompok ultras dari seluruh Italia terwakili. Saya melihat kelompok dari Juventus, Taranto, Avellino, Milan Varese, Genoa, Cremonese dan Livorno serta banyak kelompok lain yang tidak saya kenali syalnya, dari klub mana. Saya menyeruak kerumunan orang hingga mencapai pagar di mana terdapat tumpukan tinggi bunga dan syal dari berbagai klub, dilatarbelakangi tilisan KEADILAN BAGI SANDRI. Di antara syal Lazio saya melihat syal AS Roma, Udinese, Palermo, Messina dan banyak lagi. Karangan bunga tidak hanya berasal dari teman-teman Sandri dan pendukung Lazio, tetapi juga dari Antonello Venditti, pimpinan ultras AS Roma. Juga dari petinggi ultras Napoli, Sampdoria dan Torino. Bahkan saya juga melihat karangan bunga berwarna ungu-hitam dari Fossa dei Leoni, yang telah bubar dua tahun silam.”

“Sementara di dalam gereja sudah penuh-sesak oleh keluarga, kerabat dan wakil pemerintah Italia. Ada Walter Veltroni dan Luciano Spaletti. Dan, Francesco Totti yang menangis ketika dia memeluk ibunda Sandri. Seluruh skuad tim Lazio dan tim-tim usia mudanya lengkap hadir di sana, termasuk pelatih Delio Rossi.”

“Kami yang berada di luar tentu saja tidak dapat melihat atau mendengar upacara di dalam gereja. Semuanya hening. Hanya sesekali terdengar tepuk tangan ketika tim Lazio dan keluarga mereka tiba. Saya berdiri di dekat para tokoh Irriducibili. Satu diantaranya memiliki tattoo di leher kanannya: ACAB (All Cops Are Bastards = Semua Polisi Anak Haram). Saya berpindah tempat, sementara hujan makin deras. Tepukan tangan berhenti ketika pemain Lazio terakhir masuk gereja. Kami berdiri dalam keheningan. Di depan saya ada seorang perempuan berusia limapuluhan, seorang diri, memakai syal Lazio sambil meremas-remas saputangan di tangannya.”

“Orang-orang di belakang saya berbincang perlahan dengan bahasa Italia yang bukan beraksen Roma. Pimpinan Banda Noantri tiba dan berdiskusi sejenak dengan pimpinan Irriducibili. Ketua mereka dipenuhi tattoo bergambar salib, simbol-simbol fasisme dan simbol Lazio. Waktu terus berjalan, makin banyak orang berdatangan. Saya berusaha mengabaikan bahwa mantel saya yang tidak tahan air sebentar lagi akan tak berguna.”

“Lewat pukul 13.00 misa berakhir dan terdengar gemuruh tepuk tangan ketika peti jenazah Sandri diusung keluar. Ultras dari berbagai klub kompak meneriakkan “Gabriele uno di noi” atau “Gabriele, kamu bagian dari kami.” Sebagian massa mulai menyanyikan sebuah lagu. Awalnya tak bergitu jelas, tetapi akhirnya ternyata itu lagi “Vola Lazio Vola”. Sebelumnya saya hanya mendengar sayup-sayup lagu itu ketika berada di Curva Sud dan tenggelam dalam sorakan giallorossi di sekitar saya.”

“Fans Lazio di seberang taman mulai bernyanyi dengan suara keras, dan perempuan tua di depan saya tadi, ikut bernyanyi dengan suara bergetar. Saputangannya kini telah benar-benar lusuh. Hujan bertambah deras, perempuan di depan saya akhirnya tak kuat lagi menahan emosinya dan menangis terisak-isak di tengah demuruhnya nyanyian "Lazio sul prato verde vola, Lazio tu non sarai mai sola, Vola un'aquila nel cielo, piu in alto sempre volerà". Untunglah saya membawa tissue, karena saya juga mulai menangis.”


“Usai bernyanyi, terdengar beberapa yel "Gabriele sempre con noi" lagi. Beberapa orang sempat melantunkan nyanyian anti-polisi tetapi segera dicegah temannya. Diawali beberapa orang, akhirnya kami semua menyanyikan lagu kebangsaan Italia. Para pimpinan Irriducibili dan Banda Noantri tegap memberikan hormat ala Romawi dengan tangan kanan terangkat ketika peti jenazah Sandri melewati mereka, tanpa yel, tanpa slogan, hanya sebuah penghormatan.”

“Massa mulai mencair dan meninggalkan tempat di bawah lebatnya hujan. Para pemain Lazio menaiki bus tepat di depan saya dengan hening, dan duduk di dalamnya. Mereka menghapus uap air dari jendela dan memandangi kami dengan pandangan kosong. Pemain Lazio Mundingayi bahkan menempelkan wajahnya di jendela bus. Kami memandang mereka kembali. Seorang anak kecil melambai kepada mereka dan bertepuk tangan. Massa meninggalkan tempat sama heningnya dengan saat mereka datang. Pulang ke rumah masing-masing. Sekitar seribu orang ultras Lazio menuju Olimpico, berkumpul di bawah Curva Nord dan menyanyikan lagu-lagu Lazio.”

“Mentalitas ultras memang beragam. Sebagian baik, sebagian buruk. Tetapi hari ini saya belajar tentang suatu hal. Hari ini mereka berdatangan dari berbagai kota: Milan, Torino, Udinese,Napoli, Taronto, Palermo; dengan biaya mereka sendiri, berdiri dua jam di bawah derasnya hujan, untuk datang memberikan penghormatan terakhir kepada seorang yang tidak mereka kenal. Mereka bertepuk tangan untuk keluarga dan kerabat yang berduka, menyanyikan sebuah nama yang bahkan tidak dikenalnya seminggu yang lalu. Dan mereka membubarkan diri dalam damai. Anda mungkin menganggap perbuatan mereka ini tidak masuk akal, tetapi masihkah Anda menganggap bahwa semua ultras itu  identik dengan kekerasan?”


Pengadilan memutuskan Luigi Spaccarotella bersalah dan menghukumnya 6 tahun penjara. Ketika Spaccarotella naik banding, pengadilan Italia justru menambah hukumannya menjadi 9 tahun 4 bulan, karena menemukan adanya unsur kesengajaan.

Sandri telah tiada di usianya yang belia. Tetapi Sandri adalah monumen ultras di Italia, tidak hanya bagi Lazio. Curva Nord Olimpico kini bernama Curva Nord Gabriele Sandri dan sebuah bangku dengan foto Sandri sengaja dibuat di sana. Selalu dikosongkan sebagai penghormatan terhadap dirinya. Karena Sandri akan selalu berada di hati semua ultras di Italia. Sebuah yayasan bernama Fondazione Gabriele Sandri didirikan dan tetap beraktivitas hingga hari ini.

http://galuhtrianingsihlazuardi.blogspot.com/2012/09/hari-ketika-ultras-bersatu.html?spref=fb

Selasa, 11 September 2012

Twitteran Via Gadget Mewah iPad, iPhone, Blackberry, dll


Selain applikasi twitter BB, saya juga ada aplikasiTwitter merupakan salah satu fasilitas microblogging yang saat ini tengah digandrungi oleh masyarakat khususnya Indonesia. Dimulai dari artis-artis terkenal sampai artis yang baru mengibarkan karirnya, lebih banyak aktif di twitter. Perusahaan yang ingin memberikan update lebih cepat dengan konsumen pun menggunakan twitter sebagai sarana mereka.

Karena dengan mudahnya kita dapat mengupdate informasi bagi followers yang dibatasi 140 karakter, tiap harinya kita sudah banyak “ngetweet” tanpa kita sadari. Berbagai informasi yang kita dapat detik itu juga kita informasikan melalui twitter.

Pada saat ngetweet biasanya dibawah text akan terlihat via [gadget yang dipakai]. Ada via web, tweetdeck (ini jelas lewat komputer); via twitter for blackberry, UberSocial, SocialScope, Seesmic for Blackbery (lewat gadget blackberry), via twitter for iphone, twitter for android, twitter for iPad dan lain sebagainya. Tapi gimana ya kalau kita pengen ngetweet via gadget-gadget tersebut tapi kita sendiri modal HP+pulsa aja?

Solusinya adalah kita gunakan saja twitter client yang bisa dipakai via apa aja :p 

Seperti yang pernah saya coba yaitu http://twit.manta.bz. Di sana terdapat twitter via yang sering dipakai orang-orang yaitu ubertwitter, Twitter for Blackberry, Twitter for Android, Esia, Twitter for StrawBerry, Twitter for iPad, Wangsit, Twitter for iPhone, Blackberry Playbook, Twitter for Nexian, Freedom Tweets, Ubersocial, Echofon, Twitterfeed, dan SocialScope. Banyak bukan?

Setelah masuk pada pilihan via, kita tinggal pilih via apa saja yang kita mau. Selanjutnya login dengan menggunakan ID twitter. Kemudian siap untuk ngetweet. Tampilannya seperti Dabr  Tersedia pula fasilitas autotext dan tweet extender buat yang suka ngetweet lewat dari 140 karakter.

Mudah bukan?  Barangkali yang ingin merasakan via gadget mewah, tidak ada salahnya untuk mencoba ini 

PS: jangan lupa follow twitter saya ya :p @eko32prasetyo (numpang promosi)