Minggu, 25 November 2012

Belajar Menjadi Ultras Yang Baik


Indonesia adalah negara yang pluralis dimana banyak sekali perbedaan yang ada dalam setiap sendi kehidupan masyarakatnya. Perbedaan-perbedaan itu bisa dilihat dari suku, bahasa, agama, sosial, gaya hidup, politik bahkan olahraga. Khusus yang terakhir, yakni olah raga, sangat menarik bagi saya untuk dianalisa. Dewasa ini banyak sekali klub pendukung (fans club) klub-klub asing yang ada di Indonesia mulai dari fans club pendukung klub Liga Primer Inggris, Serie A Italia dan La Liga Spanyol. Setiap fans club memiliki ciri-ciri dan peraturannya sendiri-sendiri. Dan uniknya tidak sedikit dari fans club itu yang memiliki anggota hardcore atau garis keras atau dalam bahasa Italianya memiliki sebutan sebagai Ultras.

Sebagai seorang Laziale yang dari awal dan sampai kapanpun akan selalu mendukung SS Lazio 1900 saya sangat akrab dengan definisi dan perilaku Ultras Indonesia. Ultras disini dapat dengan mudah dibedakan dari mereka yang hanya sekedar suka dengan sebuah klub sepakbola Italia. Ultras akan selalu mendukung dengan cara apapun, kondisi apapun dan bagaimanapun hanya untuk sebuah klub yang mereka dukung. Ultras dapat bertindak kasar, kotor sampai dengan tindakan yang sopan dalam bersosialisasi dengan sesama ultras dari klub yang berbeda.


Dan anehnya banyak orang-orang Indonesia yang tak segan-segan melabeli diri mereka dengan predikat Ultras. Mereka bertindak dan bertingkah seolah mereka adalah satu-satunya pendukung klubnya dimuka bumi ini sehingga menggangap klub merekalah yang paling hebat dan baik didunia walaupun antara definisi dan kenyataan belum tentu sama. Sebenarnya sah-sah saja untuk menganggap seperti itu dan tak ada salahnya. Yang menjadi persoalan adalah ketika mereka masih membawa label-label tersebut ketika bersosialisasi atau berinteraksi dengan pendukung klub lain apalagi dengan klub rival.

Melihat fenomena yang berkembang saat ini, khususnya antara Lazio Indonesia dan Romanisti Indonesia yang memang dari sananya telah menjadi sebuah rival abadi akan dapat terlihat aneka macam debat baik dengan cara-cara yang santun dan kotor. Saat ini di media sosial seperti Facebook masing-masing pihak membuat sebuah group yang intinya mengajak sesama ultras untuk saling membenci dengan kata-kata kotor, hina dan tak berpendidikan. Lazio Indonesia dengan Anti Romanisti Indonesia sedangkan Romanisti Indonesia dengan Anti Laziale Indonesia-nya. Dan untungnya saya tidak menjadi member di kedua group tersebut.

Tentu sebagai Laziale saya akan menyoroti group Anti Laziale Indonesia yang dibuat sebagai respon atau tepatnya balasan dari group yang telah dibuat sebelumnya oleh Lazio Indonesia dengan Anti Romanisti Indonesia-nya. Dan beberapa hari belakangan ini saya cukup intens untuk membaca wall post mereka dan dengan membaca semuanya maka tak lain dapat ditarik kesimpulan bahwa hampir 90 % wall post adalah kata-kata kotor tak beradab yang bahkan tak layak diucapkan oleh manusia yang katanya beradab. Bagaimana sebuah klub telah membutakan mata mereka semua? Apa yang didapat mereka dengan menulis kata-kata kotor tersebut dari klub mereka, AS Roma? Sebuah penghargaan kah? Sebuah tropi Liga Champions kah? atau predikat Supporter Terbaik Dunia versi FIFA?

Menarik untuk mengutip pernyataan dari salah satu admin Anti Laziale Indonesia yang katanya group ini didirikan oleh para Ultras-ultras Romanisti Indonesia dengan menyebut diri mereka sebagai GLADIATOR? Jujur pernyataan ini dapat menjadi pernyataan TERKONYOL UNTUK BEBERAPA ABAD MENDATANG! mereka Gladiator? mereka Ultras? Ha. Kemudian timbul pertanyaan seperti berikuti ini.
1. Apakah orang yang belum pernah berdiri di curva Sud atau area manapun di stadion Olimpico layak disebut Ultras?
2. Apakah orang yang hanya membeli jersey atau aksesori bajakan dapat disebut Ultras?
3. Apakah mereka tahu semua sejarah sampai hal terkecil dari klub yang mereka puja?
4. Apakah hanya dengan setiap saat menonton pertandingan live di TV dapat dikatakan Ultras?
5. Apakah orang yang sering online disitus Romanisti Indonesia, forum atau Facebook cocok untuk dikatakan Ultras?
6. Apakah orang yang paling sering menulis ejekan, kata-kata kotor, makian dan sumpah cocok dikatakan Ultras?
7. Apakah mereka masih memilih keluarga daripada klub?
8. Apakah mereka berani bertarung layaknya Ultras sesungguhnya di Italia sana?

Rasanya untuk menjawab 2 pertanyaan saja diatas saja sudah sangat sulit apalagi menyebut diri Ultras. Sedih sekaligus lucu melihat dan membaca semua komentar-komentar dari teman-teman Romanisti di group Facebook tersebut.

Saya dapat berdebat dengan para Romanisti berdasarkan fakta-fakta yang konkret dan sopan selama berjam-jam namun jika sudah dihadapkan pada para sok Ultras Romanisti Indonesia maka saya lebih baik mengalah karena level intelektualitas saya jauh berbeda dari mereka. Dan ketika mereka mengatakan saya sombong, sok dan tinggi itu lebih baik daripada mengaku ultras yang sebenarnya sangat tidak ultras dan bertindak konyol dengan menuliskan kata-kata kotor makian.

Saya pribadi tidak berani menyebut diri saya sebagai Ultras walaupun sangat mudah untuk melakukannya. Kita semua adalah pendukung klub sepakbola luar negeri yang tidak memiliki ikatan batin, psikologi dan mental dengan klub asal kita masing-masing. Seorang supporter yang baik adalah supporter yang lahir, tumbuh, besar di lingkungan dimana klub itu berada dan selalu berada disisi klub yang dia bela. Sebagai seorang warga negara Indonesia yang terpisah jarak puluhan ribu kilometer dari klub kita tentu menyebut diri sendiri yang terbaik tentulah sangat konyol, bias dan dapat diperdebatkan. Mau sehebat apapun klub yang didukung, selagi kita tidak memiliki kedekatan psikologi dengannya maka akan muncul perasaan terombang-ambing. Ini sama saja mencintai orang tua yang tidak melahirkan kita.

Dan sebagai penutup, terlebih teman-temanku yang menyebut diri sebagai Ultras Romanisti Indonesia yang ada di group Anti Laziale Indonesia, kami para Laziali Indonesia, khususnya saya, sedikit pun tidak pernah dan akan tersinggung dengan segala komentar-komentar di wall post group kalian. Karena kata-kata kotor dan makian tak akan mengubah intelektualitas dan sejarah dari klub yang anda dan kami bela. Oleh sebab itu semakin anda bertindak ala Ultras Romansiti Indonesia maka kalian akan diingat sebagai sekumpulan badut-badut lucu yang tak tahu makna sebenarnya dari seni mendukung klub yang baik dan sehat.

PS. Saya sangat berharap akan ada balasan yang lebih menyakitkan dengan kata-kata kotor dari kalian disini dan disana. Dan bagi para penggemar Kamus Besar Bahasa Kotor Indonesia (KBBKI) silahkan berkunjung dan belajar dari para Ultras-Ultras Romansiti Indonesia! Ha!

Sumber Link

Tidak ada komentar:

Posting Komentar